RSUD Porsea Darurat Pelayanan

PATROLI HUKUM.com,
Toba Samosir: Dison Tafonao mendapat pelayanan yg kurang baik dari RSUD Porsea ketika mengantarkan istrinya, Sarma Napitupulu untuk melakukan pemeriksaan USG pada hari Jumat, 3 Agustus 2018, yang mana sebelumnya kondisi istri Dison Tafonao telah mengalami pecah ketuban semenjak hari Kamis pagi.

Menurut Dison Tafonao, yang merupakan anggota DPC PPWI Toba Samosir menuturkan bahwa sesampainya di RSUD Porsea, ia dan istrinya langsung melakukan pendaftaran di Loket Pendaftaran dan menerangkan kondisi yang telah dialami Sarma Napitupulu yang telah mengalami pecah ketuban sehari sebelumnya. Selesai dari Loket Pendaftaran mereka melakukan pembayaran di Loket Kasir yang selanjutnya diarahkan ke Poliklinik Kebidanan dan Kandungan. Di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan mereka hanya bertemu dengan bidan yang berjaga disana. Ketika Dison Tafonao menanyakan keberadaan dokter spesialis ke bidan tersebut, bidan itu mengatakan bahwa dokter spesialis baru masuk tugas pada pukul 11.30 wib. Setelah mengetahui dokter spesialis belum ada, Dison Tafonao dan istrinya menunggu di Ruang Tunggu Poliklinik tersebut. Sesaat di Ruang Tunggu, istri Dison Tafonao diperiksa oleh seorang perawat laki-laki untuk mengukur tensi di Ruang Tunggu tersebut, padahal ruang periksa Poliklinik Kebidanan dan Kandungan dalam keadaan kosong. Setelah istrinya selesai mengukur tensi, Dison Tafonao bersama istrinya pergi untuk makan di sekitar RSUD Porsea tersebut sembari menunggu kedatangan dokter spesialis.
Sekitar pukul 11.30 wib, Dison Tafonao dengan istrinya kembali mendatangi RSUD Porsea dan langsung menuju Poliklinik Kebidanan dan Kandungan. Dan lagi-lagi bidan yang berjaga mengatakan bahwa dokter spesialis belum datang dan mereka kembali menunggu di Ruang Tunggu. Barulah sekitar pukul 12.15 wib dokter spesialis datang, yaitu Dokter Sahat Siburian. Setelah dokter spesialis masuk ruang Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, bidan yang berjaga memanggil pasien Sarma Napitupulu untuk melakukan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan, dokter spesialis menanyakan kepada Sarma Napitupulu mau melahirkan dimana. “Di tempat bidan desa (Silaen) aja dok” jawab Sarma Napitupulu.

Setelah selesai diperiksa oleh dokter spesialis, Dison Tafonao dan istrinya Sarma Napitupulu meninggalkan RSUD Porsea dan selanjutnya menuju rumah bidan desa (bindes) Silaen, yaitu Bidan Pinna Silaban. Setibanya di rumah bindes tersebut, sepertinya bindes itu merasa heran melihat pasien Sarma Napitupulu diperbolehkan pulang begitu saja oleh RSUD Porsea. Akhirnya bindes itu menelepon ke dokter spesialis RSUD Porsea dan menanyakan kondisi pasien Sarma Napitupulu. Tetapi Dokter Sahat Siburian malahan menyarankan bindes Pinna Silaban agar menginfus pasien Sarma Napitupulu sampai habis 2 (dua) botol infus setelah itu langsung konsultasi ke dokter di RS HKBP Balige. Bidan Pinna Silaban kurang setuju menginfus pasien Sarma Napitupulu mengingat kondisi pasien sudah sangat membutuhkan penanganan dokter spesialis kandungan. Bindes Pinna Silaban mengambil inisiatif untuk konsultasi dengan dokter lain yaitu Dokter Hutabarat yang lantas menyuruh bindes Silaen itu membawa pasien Sarma Napitupulu ke RS Gloria Hotrona Laguboti karena dokter Hutabarat sedang bertugas di sana. Lantas bindes Pinna Silaban mengatakan agar segera bergegas ke RS Gloria Hotrona Laguboti agar pasien segera mendapat penanganan dokter.

Akhirnya sore hari Jumat, bindes Pinna Silaban membawa pasien Sarma Napitupulu yang ditemani suaminya Dison Tafonao menuju RS Gloria Hotrona Laguboti. Sekitar pukul 17.00 wib pasien Sarma Napitupulu melahirkan melalui operasi yang langsung ditangani oleh Dokter Hutabarat tersebut.

Ketidaknyamanan dan ketidaksigapan pelayanan dari RSUD Porsea ini akhirnya Dison Tafonao membuat surat keberatan atas pelayanan rumah sakit tersebut. Dalam meminta klarifikasi masalah ini, Dison Tafonao meminta DPC PPWI Toba Samosir untuk mendampinginya baik konfirmasi ke Pimpinan RSUD Porsea maupun hal peliputan masalah ini. Setelah beberapa kali Pimpinan RSUD Porsea tidak berada di tempat, akhirnya pada hari Selasa, 21 Agustus 2018 DPC PPWI Toba Samosir bisa menemui Direktur RSUD Porsea. Dalam penjelasannya, Direktur tidak bisa mengurus semua permasalahan di rumah sakit tersebut karena dia baru menjabat sekitar 6 (enam) bulan, dan hanya urusan tertentu saja yang diurusi oleh seorang Direktur.
Jawaban Direktur RSUD Porsea ini sangat memprihatinkan. Seharusnya dia menyadari bahwa profesi dan jabatan yang dimilikinya berhadapan dengan pelayanan publik yang sangat vital, yaitu kesehatan masyarakat. Mirisnya lagi bahwa para dokter spesialis RSUD Porsea lebih mengutamakan praktek di rumah sakit swasta daripada di rumah sakit umum yang notabene gajinya sebagai dokter pemerintah dibayar oleh negara dari uang rakyat. Dan seharusnya lagi bagi semua pihak yang terkait segera mengambil langkah secara cepat dan tepat untuk memperbaiki permasalahan-permasalahan yang ada di RSUD Porsea ini.(Et/Red)

Post a Comment

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال