Patrolihukum.com// Toba – PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) terus memperkuat komitmennya dalam menjaga kelestarian satwa liar yang berada di sekitar wilayah konsesi hutan tanaman industrinya. Sebagai wujud nyata komitmen tersebut, TPL menyelenggarakan Pelatihan Mitigasi Konflik Manusia dengan Satwa Liar serta Patroli Gabungan pada 4–7 Agustus 2025 lalu di Gedung Learning & Development TPL, Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, lembaga pemerintah yang memiliki mandat dalam pelestarian keanekaragaman hayati, serta sejumlah NGO pemerhati lingkungan dan satwa. Di antaranya Orangutan Information Centre (OIC) yang fokus pada konservasi dan penyelamatan orangutan Sumatera, Wildlife Conservation Society (WCS) yang berkiprah dalam penelitian dan mitigasi konflik satwa seperti harimau di berbagai wilayah, dan Sumatera Macaca Rescue Center di bawah Yayasan Scorpion Indonesia yang bergerak dalam perlindungan primata serta penyelamatan satwa liar.
Menurut Dani Sumitro, Sustainability Department Head TPL, tujuan utama dari pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas karyawan dan tenaga kerja perusahaan yang berada di lapangan. Ia menjelaskan, bahwa perusahaan ingin seluruh tenaga kerja di lapangan memahami cara berinteraksi dengan satwa liar.
“Pelatihan ini bukan hanya membekali mereka dengan pengetahuan teknis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan satwa. Dengan adanya kegiatan sekitar wilayah operasional, satwa harus tetap terlindungi, dan perusahaan berperan penting dalam menjaga keseimbangan tersebut,” ungkap Dani, Jumat (22/8/2025).
Dani menambahkan, pelatihan tidak hanya berisi teori, tetapi juga praktik lapangan yang dilakukan di wilayah konsesi TPL sektor Tapanuli Selatan. Peserta dibimbing langsung dalam simulasi patroli gabungan, pengamatan satwa, hingga teknik mitigasi sederhana. Hal ini penting mengingat tren konflik antara manusia dan satwa liar di Sumatera cenderung meningkat akibat menyempitnya habitat alami.
Sementara itu, Bresman Marpaung, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumatera Utara, menegaskan bahwa mitigasi konflik satwa harus dilakukan secara menyeluruh melalui sosialisasi, edukasi, pemantauan lapangan, pemasangan kandang jebak, hingga pengusiran satwa dengan cara-cara yang tidak membahayakan. “Tujuan akhirnya adalah masyarakat bisa hidup harmonis dengan satwa liar yang dilindungi. Tidak hanya mencegah kerugian, tetapi juga menjaga kelestarian alam,” jelasnya.
Sejumlah narasumber dari NGO turut memberikan pandangan. Krisna, Manager Human & Orangutan Conflict Response Unit OIC, menyampaikan bahwa orangutan sebagai satwa endemik Sumatera sangat rentan terhadap gangguan habitat. “Konflik sering terjadi karena pemukiman warga ataupun dalam hal ini kegiatan perusahaan berbatasan langsung dengan wilayah hutan. Kami berharap pelatihan ini dapat membuat para peserta lebih responsif dalam melakukan penanganan konflik, sehingga orangutan tetap aman dan masyarakat pun terlindungi,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Muhammad Iqbal Fahrefi, Human Wildlife Conflict Mitigation Staff WCS. Ia menekankan pentingnya kolaborasi multipihak dalam menghadapi konflik satwa. “Tidak ada satu lembaga yang bisa bekerja sendiri. Perlu sinergi antara pemerintah, NGO, dan perusahaan seperti TPL untuk memastikan mitigasi berjalan efektif,” ujarnya.
Dari sisi perlindungan primata, Gunung Gea, Direktur Sumatera Macaca Rescue Center sekaligus Ketua Yayasan Scorpion Indonesia, menekankan perlunya penanganan yang berbasis pada edukasi jangka panjang. “Banyak kasus konflik yang muncul karena minimnya pemahaman masyarakat tentang satwa. Dengan edukasi yang tepat, kita bisa mengurangi potensi konflik dan memberikan ruang hidup yang layak bagi satwa liar,” katanya.
Melalui kegiatan ini, TPL berharap kapasitas karyawan dalam menghadapi konflik satwa semakin meningkat, sehingga tercipta lingkungan kerja yang harmonis antara manusia, satwa, dan alam. TPL berkomitmen untuk melindungi satwa liar melalui program pelatihan mitigasi konflik dan patroli gabungan bersama masyarakat. Upaya ini menjadi bagian dari langkah berkelanjutan perusahaan dalam menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar areal konsesi.