PATROLI HUKUM.COM, Bandung - Presidium Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) Wawan Gunawan mengajak seluruh elemen masyarakat dari lintas agama untuk dapat menangkal radikalisme di Jawa Barat.
Hal tersebut terungkap saat Talk Show Seni Budaya yang diselenggarakan Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) di Wisma Sejahtera Dago Bandung, (28/1/ 2020).
Wawan Gunawan mengakui bahwa Jawa Barat menjadi daerah yang paling banyak kasus intoleransi.
Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor diantaranya mainstreaming paham keagamaan yang tidak toleran, faktor historis, budaya keterbukaan, gerakan Islam kampus serta politik identitas.
Berdasarkan data, kasus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) dalam 10 tahun terakhir di Jawa Barat meliputi pelarangan penutupan tempat ibadah, perizinan tempat ibadah dan fasilitas aktivitas keagamaan, penyesatan keyakinan keagamaan, peraturan perundang-undangan dan kebijakan daerah yang diskriminatif serta ujaran kebencian, kata Wawan.
Sementara itu, Dekan Fisipol Universitas Kristen (UKI) Jakarta, Angel Damayanti mengatakan intoleransi muncul dari pembedaan-pembedaan fisik dan identitas kelompok, yang akhirnya melahirkan radikalisme, sedangkan radikalisme yang lebih ekstrim melahirkan kekerasan.
Dosen Fisipol UKI lulusan National University of Singapore itu, menilai pentingnya edukasi kepada masyarakat hingga ke lapisan paling bawah agar tidak mudah terpapar dengan radikalisme. Oleh sebab itu, Peran Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) sebagai cendikiawan Kristen disini yaitu melakukan edukasi, pemberdayaan warga gereja, advokasi, koordinasi & komunikasi, serta melakukan rekomendasi kebijakan.
Jawa Barat sebagai daerah yang tercatat memiliki kasus intoleransi tertinggi di Indonesia harus dapat berbenah diri bukan hanya masyarakatnya tetapi juga para petinggi yang duduk dikursi pemerintahan daerah agar bisa secara bersama-sama mengurangi predikat daerah intoleransi tertinggi di Indonesia, tutup Angel. (Marlin)
Hal tersebut terungkap saat Talk Show Seni Budaya yang diselenggarakan Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) di Wisma Sejahtera Dago Bandung, (28/1/ 2020).
Wawan Gunawan mengakui bahwa Jawa Barat menjadi daerah yang paling banyak kasus intoleransi.
Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor diantaranya mainstreaming paham keagamaan yang tidak toleran, faktor historis, budaya keterbukaan, gerakan Islam kampus serta politik identitas.
Berdasarkan data, kasus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) dalam 10 tahun terakhir di Jawa Barat meliputi pelarangan penutupan tempat ibadah, perizinan tempat ibadah dan fasilitas aktivitas keagamaan, penyesatan keyakinan keagamaan, peraturan perundang-undangan dan kebijakan daerah yang diskriminatif serta ujaran kebencian, kata Wawan.
Sementara itu, Dekan Fisipol Universitas Kristen (UKI) Jakarta, Angel Damayanti mengatakan intoleransi muncul dari pembedaan-pembedaan fisik dan identitas kelompok, yang akhirnya melahirkan radikalisme, sedangkan radikalisme yang lebih ekstrim melahirkan kekerasan.
Dosen Fisipol UKI lulusan National University of Singapore itu, menilai pentingnya edukasi kepada masyarakat hingga ke lapisan paling bawah agar tidak mudah terpapar dengan radikalisme. Oleh sebab itu, Peran Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) sebagai cendikiawan Kristen disini yaitu melakukan edukasi, pemberdayaan warga gereja, advokasi, koordinasi & komunikasi, serta melakukan rekomendasi kebijakan.
Jawa Barat sebagai daerah yang tercatat memiliki kasus intoleransi tertinggi di Indonesia harus dapat berbenah diri bukan hanya masyarakatnya tetapi juga para petinggi yang duduk dikursi pemerintahan daerah agar bisa secara bersama-sama mengurangi predikat daerah intoleransi tertinggi di Indonesia, tutup Angel. (Marlin)
Tags
Bandung