PATROLI HUKUM.COM, Padang - Pada 26 Januari merupakan hari bersejarah bagi jajaran Korem 032 Wirabraja, Hari ini merupakan momentum terjadinya peleburan kesatuan tentara di Sumatera Barat, dari Kodam III/17 Agustus, ke Kodam I Bukit Barisan. Secara resmi pada saat itulah, Korem 032 Wirabraja dinyatakan berdiri, 26 Januari 1985 silam. Belum terlalu tua memang, tetapi pada dasarnya sejarah keberadaan militer di Sumbar adalah sejarah panjang, jauh sebelum berdirinya Korem Wirabraja.
Di masa perjuangan kemerdekaan, wilayah Sumbar selalu menjadi basis pertahanan negara, bahkan ibukota Indonesia pernah “mampir” beberapa waktu di Bukittinggi, semasa Pemerintahan Darurat tahun 1948-1949. Jepang sendiri dulu pernah menjadikan Bukittinggi sebagai basis militernya untuk wilayah Sumatera, yang peninggalan paling fenomenalnya adalah Goa Jepang.
Lebih Lanjut Danrem 032/WBR Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo mengatakan Sumatera Barat memang strategis sekali, baik secara topografi, posisi fisik, termasuk potensi yang dimilikinya. Karena itu juga mengapa setiap rezim pemerintahan, sejak era kolonial hingga saat ini, Sumbar selalu mendapat perhatian, Konteks ketahanan nasional, ikut disumbangkan oleh dinamika yang terjadi di Sumbar.
Keberadaan militer sendiri, terutama Sumatera Barat, memang kemudian dipengaruhi oleh kebijakan sosial politik yang berlangsung di negara ini. Di masa-masa awal pembangunan dilaksanakan, peran militer begitu dominan di berbagai sektor yang ada. Militer tak hanya bicara soal satuan tempur tapi juga soal sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat. Tetapi rezim berubah, kebijakan berganti, peran militer difokuskan pada aspek ketentaraan semata, walau tetap tidak bisa melupakan basisnya pada rakyat. Fungsi pembinaan teritorial sekarang lebih dikedepankan.
Tetapi yang jelas, hubungan dan kesatuan tentara dengan rakyat, tetap tak bisa dan tak boleh diputuskan. Dalam posisi apapun, mekanisme hubungan yang harmonis harus dipertahankan, karena memang tentara itu berasal dari rakyat. Ucap Danrem
Saat ini, di momentum hari ulang tahun Korem 032 Wirabraja, apa dan bagaimana kiprah jajaran militer di Sumbar selama ini, terutama dalam satu tahun terakhir, perlu kiranya diketahui publik. Tentu saja tidak untuk bertindak “lebay” atau “narsis”, namun bagian dari membangun sinergi dengan para pihak. Tegas Danrem
Pertama, secara internal militer selalu berbenah diri. Ciri khas militer adalah soliditas tim, taat komando, dan selalu siap kapan dan dimanapun. Sebutan tentara profesional sebetulnya mengacu pada terlaksananya semua aturan yang menjadi tanggung jawab prajurit. Berbagai masalah dan fenomena di luar dirinya sangat mungkin mempengaruhi individu prajurit. Oleh karena itu pembenahanan internal selalu dilakukan, dengan mengefekifkan peran para komandan dalam membina anggotanya.
Kemudian pembenahan semangat kreatifitas dan inovatif dari prajurit. Masa peperangan konvensional agaknya kecil kemungkinan terjadi danperang senjata terbuka bukan lagi zamannya. Pada posisi ini, prajurit diminta untuk selalu bertindak dan berbuat agar bisa menjalin kedekatan dan membangun pola keterikatan dengan rakyat. Kuncinya adalah kreatifitas, inovatif serta solutif terhadap masalah publik.
Unsur penting lainnya adalah taat hukum dan taat azas di tubuh masing-masing anggota. Saat seseorang sudah dinobatkan sebagai prajurit TNI, hakekatnya ia adalah anak negara. Sebagai anak yang baik, ia harus senantiasa menjaga nama baik negara dan bangsa ini. Oleh karena itu, jika ada prajurit yang melanggar hukum, merugikan masyarakat banyak, menodai nama baik bangsa dan negara ini, disitulah pembinaan dan penindakan dilakukan. Korem 032 Wirabraja selalu berusaha menekan tindak negatif yang mungkin timbul dari segelintir prajurit.
Kedua, secara ekternal, TNI adalah bagian integral dari rakyat. Oleh karena itu, sebisa mungkin program dan kegiatan yang dijalankan di Korem 032 Wirabraja, ditujukan untuk kemaslahatan rakyat banyak. Dalam UU TNI disebutkan klausul operasi militer selain perang (OMSP). Ini adalah tanggungjawab penting, yaitu melakukan berbagai aktifitas militer yang bertujuan menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat, terutama yang berhubungan langsung dengan penguatan rakyat sebagai komponen cadangan nasional.
Dalam kurun 2019 saja, sudah dilakukan berbagai program yang semuaya berorientasi pada kebutuhan dan persoalan di masyarakat. Untuk Sumbar, sudah sama-sama diketahui, masalah rutin yang terjadi adalah ancaman bencana, baik karena ulah manusia ataupun faktor alam. Kita percaya alam bukan untuk dilawan, tetapi berkolaborasi dengannya.
Normalisasi danau-danau yang ada, adalah salah satu bentuk program yang dilakukan. Misalnya Singkarak, Maninjau, Cimpago, adalah titik-titik utama, karena hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi masing-masing wilayah memang membutuhkan sentuhan. Selain itu, pencegahan terjadinya tanah longsor, banjir juga terus dilakukan. Tidak mudah memang, karena semua ini bersentuhan dengan sisi dasar dari masyarakat yaitu, perekonomian. Pendekatan pembinaan teritorial, menghadirkan inovasi-inovasi teknologi terapan, menguatkan dan melibatkan unsur adat, tokoh masyarakat, selalu dilakukan. Sampai saat ini proses masih terus berjalan.
Tantangan lain dalam kehidupan bermasyarakat adalah mulai melunturnya jiwa kepedulian sosial. Ini masalah penting karena sudah masuk ke sendi-sendi adat dan tatanan sosial di masyarakat. Pendekatan budaya, penyuluhan, merubah mind set, diupayakan terus dengan berbagai metode. Sedapat mungkin, berbagai contoh-contoh best practice coba ditawarkan, karena kita yakin masyarakat Sumbar adalah masyarakat yang terbuka, dan sangat yakin dengan bukti, bukan sekedar janji. Komitmen ini yang kita pegang. Ucap Danrem
Memang Korem 032 bukanlah panasea, obat penyelesai semua masalah, Tetapi setidaknya, sentuhan-sentuhan konkrit coba ditawarkan, mungkin hasilnya tidak akan terasa sekarang, tapi kita yakin, lambat laun kesadaran bersama akan muncul. Kolaborasi dan kerjasama adalah kuncinya. Pemerintah daerah adalah mitra utama, begitu juga dengan kelembagaan adat, lembaga pendidikan, LSM, ormas, merupakan komponen penting yang harus dilibatkan. Sasaran akhir adalah kebaikan rakyat, kekuatan rakyat, karena disitu jantung ketahanan nasional ditempatkan.(Marlin)
Di masa perjuangan kemerdekaan, wilayah Sumbar selalu menjadi basis pertahanan negara, bahkan ibukota Indonesia pernah “mampir” beberapa waktu di Bukittinggi, semasa Pemerintahan Darurat tahun 1948-1949. Jepang sendiri dulu pernah menjadikan Bukittinggi sebagai basis militernya untuk wilayah Sumatera, yang peninggalan paling fenomenalnya adalah Goa Jepang.
Lebih Lanjut Danrem 032/WBR Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo mengatakan Sumatera Barat memang strategis sekali, baik secara topografi, posisi fisik, termasuk potensi yang dimilikinya. Karena itu juga mengapa setiap rezim pemerintahan, sejak era kolonial hingga saat ini, Sumbar selalu mendapat perhatian, Konteks ketahanan nasional, ikut disumbangkan oleh dinamika yang terjadi di Sumbar.
Keberadaan militer sendiri, terutama Sumatera Barat, memang kemudian dipengaruhi oleh kebijakan sosial politik yang berlangsung di negara ini. Di masa-masa awal pembangunan dilaksanakan, peran militer begitu dominan di berbagai sektor yang ada. Militer tak hanya bicara soal satuan tempur tapi juga soal sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat. Tetapi rezim berubah, kebijakan berganti, peran militer difokuskan pada aspek ketentaraan semata, walau tetap tidak bisa melupakan basisnya pada rakyat. Fungsi pembinaan teritorial sekarang lebih dikedepankan.
Tetapi yang jelas, hubungan dan kesatuan tentara dengan rakyat, tetap tak bisa dan tak boleh diputuskan. Dalam posisi apapun, mekanisme hubungan yang harmonis harus dipertahankan, karena memang tentara itu berasal dari rakyat. Ucap Danrem
Saat ini, di momentum hari ulang tahun Korem 032 Wirabraja, apa dan bagaimana kiprah jajaran militer di Sumbar selama ini, terutama dalam satu tahun terakhir, perlu kiranya diketahui publik. Tentu saja tidak untuk bertindak “lebay” atau “narsis”, namun bagian dari membangun sinergi dengan para pihak. Tegas Danrem
Pertama, secara internal militer selalu berbenah diri. Ciri khas militer adalah soliditas tim, taat komando, dan selalu siap kapan dan dimanapun. Sebutan tentara profesional sebetulnya mengacu pada terlaksananya semua aturan yang menjadi tanggung jawab prajurit. Berbagai masalah dan fenomena di luar dirinya sangat mungkin mempengaruhi individu prajurit. Oleh karena itu pembenahanan internal selalu dilakukan, dengan mengefekifkan peran para komandan dalam membina anggotanya.
Kemudian pembenahan semangat kreatifitas dan inovatif dari prajurit. Masa peperangan konvensional agaknya kecil kemungkinan terjadi danperang senjata terbuka bukan lagi zamannya. Pada posisi ini, prajurit diminta untuk selalu bertindak dan berbuat agar bisa menjalin kedekatan dan membangun pola keterikatan dengan rakyat. Kuncinya adalah kreatifitas, inovatif serta solutif terhadap masalah publik.
Unsur penting lainnya adalah taat hukum dan taat azas di tubuh masing-masing anggota. Saat seseorang sudah dinobatkan sebagai prajurit TNI, hakekatnya ia adalah anak negara. Sebagai anak yang baik, ia harus senantiasa menjaga nama baik negara dan bangsa ini. Oleh karena itu, jika ada prajurit yang melanggar hukum, merugikan masyarakat banyak, menodai nama baik bangsa dan negara ini, disitulah pembinaan dan penindakan dilakukan. Korem 032 Wirabraja selalu berusaha menekan tindak negatif yang mungkin timbul dari segelintir prajurit.
Kedua, secara ekternal, TNI adalah bagian integral dari rakyat. Oleh karena itu, sebisa mungkin program dan kegiatan yang dijalankan di Korem 032 Wirabraja, ditujukan untuk kemaslahatan rakyat banyak. Dalam UU TNI disebutkan klausul operasi militer selain perang (OMSP). Ini adalah tanggungjawab penting, yaitu melakukan berbagai aktifitas militer yang bertujuan menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat, terutama yang berhubungan langsung dengan penguatan rakyat sebagai komponen cadangan nasional.
Dalam kurun 2019 saja, sudah dilakukan berbagai program yang semuaya berorientasi pada kebutuhan dan persoalan di masyarakat. Untuk Sumbar, sudah sama-sama diketahui, masalah rutin yang terjadi adalah ancaman bencana, baik karena ulah manusia ataupun faktor alam. Kita percaya alam bukan untuk dilawan, tetapi berkolaborasi dengannya.
Normalisasi danau-danau yang ada, adalah salah satu bentuk program yang dilakukan. Misalnya Singkarak, Maninjau, Cimpago, adalah titik-titik utama, karena hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi masing-masing wilayah memang membutuhkan sentuhan. Selain itu, pencegahan terjadinya tanah longsor, banjir juga terus dilakukan. Tidak mudah memang, karena semua ini bersentuhan dengan sisi dasar dari masyarakat yaitu, perekonomian. Pendekatan pembinaan teritorial, menghadirkan inovasi-inovasi teknologi terapan, menguatkan dan melibatkan unsur adat, tokoh masyarakat, selalu dilakukan. Sampai saat ini proses masih terus berjalan.
Tantangan lain dalam kehidupan bermasyarakat adalah mulai melunturnya jiwa kepedulian sosial. Ini masalah penting karena sudah masuk ke sendi-sendi adat dan tatanan sosial di masyarakat. Pendekatan budaya, penyuluhan, merubah mind set, diupayakan terus dengan berbagai metode. Sedapat mungkin, berbagai contoh-contoh best practice coba ditawarkan, karena kita yakin masyarakat Sumbar adalah masyarakat yang terbuka, dan sangat yakin dengan bukti, bukan sekedar janji. Komitmen ini yang kita pegang. Ucap Danrem
Memang Korem 032 bukanlah panasea, obat penyelesai semua masalah, Tetapi setidaknya, sentuhan-sentuhan konkrit coba ditawarkan, mungkin hasilnya tidak akan terasa sekarang, tapi kita yakin, lambat laun kesadaran bersama akan muncul. Kolaborasi dan kerjasama adalah kuncinya. Pemerintah daerah adalah mitra utama, begitu juga dengan kelembagaan adat, lembaga pendidikan, LSM, ormas, merupakan komponen penting yang harus dilibatkan. Sasaran akhir adalah kebaikan rakyat, kekuatan rakyat, karena disitu jantung ketahanan nasional ditempatkan.(Marlin)
Tags
Danrem 032/WBR