Patrolihukum.com// Samosir (27/05/2025)
Adapun kedatangan dari orang tua murid ke Sekolah SMA N 1 Onan Runggu bersama awak media, untuk memperjelas kesalahan yang dilakukan anak perempuan nya di Sekolah, pada saat berkelahi sesama teman nya, dan juga kenapa hanya anak saya yang ditampari oleh guru, N Nababan, cetus orang tua dari, Oktavia Saputri Pandiangan Solin.
Pada saat orang tua murid bersama awak media datang ke Sekolah, dan kebetulan juga kepseknya pertama jumpa di lokasi sekolah, dan Kepsek nya seolah olah tidak tau apa yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut.
Lalu Kepsek mengarahkan orang tua murid masuk dan awak media kesatu ruangan untuk memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.
Pada saat pembicaraan berlangsung, pihak guru atau bagian kesiswaan sudah ada di dalam ruangan , dan Kepsek juga memanggil guru yang melakukan penamparan terhadap siswi.
Dan semua keterangan tentang perkelahian sesama siswi sudah diterangkan oleh guru bagian kesiswaan K Manik. Dan menurut pak K Manik persoalan atau perselisihan diantara siswi sudah di damaikan tanggal 26,05,2025, padahal kejadian hari Jumat tanggal 23,05,2025.
Menurut informasi yang dihimpun dari orang tua siswi, bahwa para guru yang melihat kejadian perkelahian tersebut , bisa dikatakan pilih kasih ke sesama siswi, cetus orang tua P utri lagi sangat kesal.
Dan yang paling saya tidak terima, kenapa hanya anak saya yang di tampar oleh guru N Nababan.
sekalipun guru N Nababan sebagai pelaku yang menampar sudah minta maaf kepada kami, saya selaku orang tua belum bisa menerima permintaan maaf dari ibu," tambahnya lagi.
Adapun yang dialami anak saya, setelah kejadian perkelahian sesama siswi, atau akibat tamparan dari guru nya, anak saya merasa tidak percaya lagi untuk tenang meneruskan sekolah nya, dan setelah kejadian itu, anak saya dibawa berobat ke Pustu terdekat dan ngurut, untuk memulihkan tubuhnya yang diakibatkan perkelahian.Akibat tamparan dari gurunya dan perkelahian sesama siswa. Putri sangat lemah dan ada rasa trauma karna bibirnya pecah.
Akibat kejadian itu saya pun sebagai orang tua si Putri, seorang janda, juga tidak kuat mengalami atau kejadian tersebut.
Saya ingin menyekolahkan anak saya supaya pintar dan baik ,jika itu nantinya tidak sekolah lagi, hati saya pasti remuk dan sedih, karna saya juga bekerja keras demi anak saya.
Suasanya sudah mulai ada titik terang namun,
Di saat lagi pembicaraan atau konfirmasi kepada guru N Nababan di hadapan Kepala Sekolah, tiba tiba ada datang guru yang bernama Tiodora Parhusip yang sangat tidak beretika cara bicaranya , mengatakan , maksudmu N Nababan on, minta maaf keruma si putri? cetus nya dengan nada keras ,seolah olah ibu guru Tiodora ini yang paling benar, dan pertemuan itu dianggab nya tidak perlu atau sekedar membahas mainan.
Yang paling sangat tidak wajar," ibu Tiodora Parhusip, datang tiba tiba keruangan, sepertinya memuaskan emosinya dan dia berkata bahwa saya punya ilmu jiwa, pungkasnya, wajahnya memerah. AU adong do ilmu jiwak hu, kata Tiodora dengan tidak beretika sambil berdiri dan jalan jalan di tengah pertemuan tersebut.
Namun kepala sekolah Manatar Samosir tinggal diam, atau takut menegur guru yang bicara lantang dipertemuan tersebut.
Jika pimpinan berkwalitas, dan mampu jadi pemimpin, yang pasti anggota atau bahwaan nya pasti ada rasa kepemimpinan dan beretika, yang pasti hasil dari pada yang dipimpin akan berkwalitas dan bermutu dan berhasil kedepan nya, inilah ungkapan yang sangat mendalam dari sala satu warga atau tokoh masyarakyat yang sangat peduli terhadap pendidikan SMA N 1 Onan Runggu, cetus,"S Pakpahan setelah mendengar informasi ini terjadi lagi.
Untuk itu harapan dari masyarakyat, dan yang peduli akan pendidikan di SMA N 1 Onan Runggu, agar kementerian pendidikan, Kadis Pendidikan Provinsi Sumatera Utara supaya menaruh perhatian khusus terhadap Sekolah ini untuk meningkatkan mutu dan kwalitas, secara khususnya etika, displin,baik para guru, atau Siswa Siswi, harus memahami apa tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Belum lama kejadian, bullyan dan kekerasan yang terjadi disekolah tersebut, sampai siswi memutuskan tidak mau sekolah lagi, dan memutuskan diri untuk pindah.
Namun Kepala Sekolah dan para guru atau Siswa/Siswi belum ada efek jera, sehingga persoalan terulang lagi sesama siswi.
Jefri Butarbutar.